Kamis, 30 Mei 2013

CERPEN


I'm sorry I love you 

“Diaaaa, please stop, dengarkan aku bicara sebentar, aku mohon untuk kali ini sajaa, Anindya putri! Aku mohon untuk yang terakhir kalinya,” jeritku di pelataran parkir kampus bawah fakultas ekonomi, tak aku hiraukan tatapan mata para mahluk yang sedang melewati area itu, aku hanya sedang berusaha mengejar kekasihku, dengan gontainya aku terus mengejar dia, hingga ia menghilang, entah ke mana. Ini pukulan berat bagiku, hari ini dia benar-benar marah atas sikapku, entah apa yang harus aku perbuat, ini salahku, kesalahan yang untuk kesekian kalinya aku perbuat, aku hentikan langkahku di sebuah taman, aku mencoba menjejaki kesalahan yang telah membuat dia begitu marah, hingga alisnya menyatu membuatku terbelalak kaget dan menahan ketawa.
Dia nama pangilan buat kekasihku ini, dia begitu anggun, cerdas, supel dan sangat cerewet, cerewetnya mengalahkan pedagang ikan di pasar-pasar itu lohh qiqiqi (sssttt secret), “aduh, di mana Dia yah?” blm sempat aku bersandar tiba-tiba aku di kagetkan dengan… wowww ternyata Dia bertengger tepat dibelakangku
“Bagaimana aku bisa menghargaimu lagi wahyu?, aku capek atas sikapmu ini, berkali-kali aku peringatkan untuk selesaikan dulu skripsimu itu, apa jawabmu? Lebih baik wisuda pada waktu yang tepat dari pada wisuda tepat pada waktunya, ok aku bisa mengerti dan yang membuat aku kesal adalah, tidak kah kamu menghargai waktumu? Buat dirimu sendiri? Aku sedih wahyu, dulu kita satu angkatan, dan kini aku menjadi dosen pembimbing skripsimu, apa kamu tidak malu hahh?”
“ok Dia, maaf, aku tau aku bodoh aku…”
“stop plis yah, andaikan kamu mau berubah, merubah kelalukan sok bossymu mungkin kamu tidak akan mendapat predikat MAPALA (mahasiswa paling lama!), dan setidaknya kamu bisa lulus untuk tahun ini. Aku selalu mendukungmu, apapun yang kamu lakukan, tolong hargai aku sebagai pacarmu dan satu hal lagi wahyu, aku muak dengan gaya hidupmu yang tidak karuan ini, aku tau kamu serba kecukupan, tapi cobalah kamu fikirkan lagi ke mana arah tujuan hidupmu” dengan lirihnya dia berbicara. dengan sorot mata yg gusar ia menatapku sekali lagi, “selesaikan skripsimu dan ubah gaya hidupmu yang selalu menggampangkan masalah dan mengandalkan uang!”
Aku hanya bisa mengangguk-angguk tanpa mengindahkan ancaman dia, karena aku tau, dia sangat mencintaiku. aku hanya tersenyum ketika dia meninggalkanku, “dasar bawel!” maklum, ini sudah menjadi pidato dia sehari-hari, terus terang bosann! Tapi apa boleh buat she is my girl my soul hehee.
Namaku wahyu pradana, aku anak orang yang lumayan kaya, hidupku biasa saja (menurutku) tapi menurut pacarku aku ini terlalu berlebihan dan hura-hura, beginilah pergaulanku, aku suka balapan, aku suka hangout, aku suka basket dan paling aku suka adalah pacarku ini, iya dia adalah Anindya Putri, sebejatnya aku, aku tidak pernah mau membuat dia menangis dan juga aku tidak mau mengenal drugs or apapun itu, tapi kalo alkohol he he heee aku pernah tapi tidak sering dan jangan sampai ketahuan pacarku ini bisa di kuliahkan aku dengan metode-metode pembelajaran dia, maklum dia ini lulusan terbaik fakultas ekonomi manajemen SDM, mampus aku kalo dia berkicau hahaha. FYI aku sangat mencintai dan menyayangi Dia melebihi apapun, dan aku akan melakukan apapun agar dia merasa nyaman bersamaku. Ini janjiku.
Setibanya aku dari rumah sakit itu, badanku menegang, selembar kertas ini tersenyum melihat raut wajah gelisahku. mengapa aku tidak menyadarinya dari dulu, mengapa aku seperti ini? mengapa secepat ini virus itu menyerangku?. Aku tidak mau lemah aku tidak mau sakit, dasar virus sialan (geramku kesal). waktuku? persetan dengan waktu…
Dengan kagetnya aku melihat jam tanganku, astagaaa! Aku lupa harus jemput dia di kampus.
Setibannya di kampus aku melihat dia berjalan bersama teman dosennya, agak culun tapi, temannya itu lumayan pintar, sepertinya sehhh, abis cupu dan jadul abiz penampilan alien itu qiqiqiqi. “Kamu telat lagi kan?” aku tersentak dari lamunanku ketika dia memukul helmku dengan tasnya, “heheheee” nyengir kuda, “maap, maap yahhhhh, ya uda kita makan siang saja, anacondaku udah ngamuk ini”, seru dia ketika aku sudah melarikan motor ninjaku. “hei mahasiswa pemalas, kapan kamu mau bimbingan lagi? Cetus dia judes lagi!, jangan mentang–mentang aku ini dosen pembimbingmu, kamu jadi males begini yah” dia mengeratkan pelukannya d pinggangku. “aku ga mau lulus dulu buat apa lulus cepet-cepat? Wisuda adalah pengangguran yang tertunda hehehee” jawabku, “dasar tukang ngeyelll timpalnya”
“ya tuhan apa yang harus aku sampaikan kepada dia? Aku teramat bingung untuk berterus terang, aku ga mau dia mengasiani aku, bukannya aku tidak mau melaksanakan janjiku, tapi ini yang terjadi padaku, sakit yang aku anggap itu hanya sebuah kecelakaan biasa, ternyata bisa memporak porandakan kehidupanku, apa yang aku dapat lakukan? Berterus terang atau…?” “hei kalau bawa motor dan sedang membonceng pacarmu jangan melamun dong, emang aku ini barang mati?” Celotehnya “maap tuan putri aku sedang membayangkan bagaimana kalau aku menceburkan kamu ke kali itu? Haha, adowww” cubitan yang lumayan sakitnya mendarat d pinggangku, aku hanya bisa meringis dan tertawa, pacarku ini ga bisa berenang, sttt secret.
“Bagaimana aku mau mengejar kelulusan, kalau konsekwensinya aku harus menikahi dia dan meninggalkan dia?” pilihan yang membuat logikaku mendadak mati.
1 Bulan kemudian
“Kapan kamu mau berubah yuu?, apa yang kurang dari aku? Apa aku kurang setia? Kenapa kamu menghilang 1 bulan? Ke mana aja kamu? Dan kenapa kamu cuti kuliah? Backpacker lagi? Ato mengunjungi pacar-pacar kamu? Atau kamu kalah taruhan?, kamu tau aku khawatir, aku sempat putus asa karena kamu ngilang begitu saja. I hate you! Basted!”
“Maafkan aku dia, aku ga maksud buat kamu kecewa, dan masalah kuliah aku ga perduli lagi” aku terduduk dihadapannya.
“What? Ga perduli lagi!? Apa janjimu dulu? 6 th yang lalu? Setelah sarjana kita akan menikah, tapi kamu belum lulus, jadi harus berapa lama lagi aku menunggu kamu?” jeritnya histeris “apa perlu aku mencari penggantimu? apa perlu itu aku lakukan? Answer me! losser!”
Aku mencoba untuk mendekatinya memeluknya, “aku ga bisa berbuat banyak dia, aku emang pengecut, dan aku ga berniat lagi melanjutkan janji itu” lirihku, “aku minta pengertian dari kamu dee” dengan gusarnya dia mendorongku hingga kepalaku terbentur dan sakit maha dahsyat itu menggerumutiku lagi, di sela-sela sakit itu aku sempat mendengar teriaknya “kamu memang tidak bisa di andalkan lagi wahyu, aku benci kamu” lalu ia pergi entah kemana, aku tak sanggup menggejarnya, sial! Kepala ini seperti mau pecah hingga aku ga bisa mengejar dia, aku memang tak pantas untukmu dia. sebentar lagi aku hanyalah seonggok daging yang akan mati.
3 Bulan berlalu
Tgl 10 Desember 2011
Oh ya dee, masih ingatkah kamu hari ini hari apa? Seenggaknya masih ingat kah kamu hari ini dan tanggal ini adalah ulang tahunku dan hari jadi kita yang ke 7? Mungkin kamu sudah melupakannya, aku bisa memakluminya, aku tidak pernah benar-benar melupakan ataupun membencimu.
Maafkan atas tingkah lakuku my dear, bukan maksudku membuat kamu kecewa dengan sikapku, aku sadar dulu aku tidak fokus dan selalu berhura-hura aku tidak bermaksud menunda kelulusanku, hanya saja waktu itu, ketika aku mulai serius untuk berubah, segalanya berubah dia, aku harus pergi terapi, aku juga tidak mengerti mengapa aku harus mengikuti terapi, dan aku tidak bisa menundanya, aku terpaksa pergi tidak pamit, dan aku menyesalinya dia, aku sakit dia, kamu inget waktu kita SMA? Waktu itu aku bertanding basket, dan aku mengalami kecelakaan dalam pertandingan sehingga aku pingsan, aku tak sadarkan diri di ruang ICU, ternyata ada gumpalan cairan yang berupa darah beku di otak kananku, dari itu masalahnya, aku tidak sadar kalau ternyata aku mengalami gangguan terhadap saraf otakku, virus sudah menyerang otakku, aku tidak tau harus menyampaikan ini kepadamu, aku tidak mau kamu bersedih dia, buat apa aku lulus? Untuk mengajakmu menikah bukan? Lalu buat apa aku mengajakmu menikah kalau aku sudah tau bakal meninggalkanmu? Dari dasar itu pula aku tidak mau lulus aku tidak mau wisuda, aku meninggalkanmu 1 bulan dan aku tidak mampu untuk mengejarmu waktu kita bertengkar hebat, remember? maaf atas sikapku kepadamu. i still love u dia, yesterday, now and forever
Aku lipat surat itu dan kumasukkan kedalam sebuah kotak ulang tahun untuk sang kekasih. Adikku melihatku penuh kesedihan, “yu aku ga mau lihat kamu kayak gini”, kamu harus kuat yahh, “aku mau kamu sendiri yang memberikan hadiah itu untuk kak anindya” ujarnya, “aku juga berharap itu, andai kata aku sudah tidak sanggup, maukah kamu membantuku lit?” dengan berlinang air mata alit menganggukkan kepalanya, “tapi aku yakin kakak akan kuat untuk menanti ulang tahunnya tiba!” aku bukan pesimis lit, tapi ini adalah kenyataan aku mencoba bersikap apa adanya saja, aku sendiri tidak yakin untuk hari esok, apakah aku masih bisa bernafas atau tidak, aku hanya berpikir rasional, jangan khawatir tentangku lit, tapi kakkk, ya sudahlah sebaiknya kakak istirahat dulu” adikku berlalu dengan membawa kotak itu
10 Bulan kemudian
8 oktober sehari sebelum hari ulang tahunnya, dan acara pertunangannya, aku bersiap berusaha berpenampilan gagah, hahh? Gagah? Masih layakkah aku di sebut gagah? Aku hanya seonggok daging renta yang bentar lagi hilang. Mati, aku termenung aku ingin menghadiri acara ulang tahun dan acara pertunangannya, aku ingin tau siapa pacar barunya (ini aku tau ketika adekku berpapasan dengan dia seminggu yang lalu, dan dia mengenalkan Kendra sebagai pacarnya yang baru). aku putus asa, aku tak sanggup andaikan dia mengenalkan pacarnya yang baru. Sudah aku putuskan besok aku akan menghadirinya, terngiang lagi lagu “tak akan terganti” by marcel yang iya nyanyikan untukku, masihkan berlaku lagu itu untukku? Atau mungkin emang benar, aku yang bakal menjadi pemeran utama dalam klip itu? Aku pasrah, aku sudah apatis, analogi sudah membeku membentuk sudut pandang alpa 0 derajat, dan aku harus menyadarinya. Intuinsiku menyatakan aku sangat mencintai dia, mencintai dia dengan atau tanpa dia pinta, hingga saat ini di saat aku harus bersahabat dengan kematianku aku masih sangat mencintainya.
3.00am, kembali aku dilarikan kerumah sakit bhakti rahayu, aku mengalami sakit kepala yang sangat serius, lagi lagi aku harus masuk ICU yang sudah sangat akrab denganku, pikiranku tertuju pada tanggal tanggal 9 oktober, aku menangis dalam komaku, aku tidak bisa gagah di hadapan anindya, dia memang benar, aku adalah losser im fucking basted!, lalu aku bisa apa di dalam komaku? Hanya terpekur lirih, sedangkan di luar sana keluargaku sedang bersimpuh menangisi aku, adikku alit membawakan aku satu kotak spesial yang berisikan coklat Cadbury, satu tangkai mawar merah dan satu amplop yang aku tau itu adalah surat yang aku tulis beberapa bulan yang lalu. Entah apa yang dia lakukan dengan ke tiga benda tersebut, apakah ia ingin berniat pergi ke acara anindya?, aku ingin ikut bersama alit, entah mengapa tubuh ini mati rasa, mati gerak, sudah matikah aku? aku koma, yahhh koma mungkin sebentar lagi aku… ya Tuhan ijinkan aku bertemu dengan dia untuk yang terakhir kalinya, aku rindu dengan sentuhannya, dan aku ingin meminta maaf.
Pada pukul 11 malam, aku merasakan sentuhan yang sudah lama aku nanti, yahhh anindya datang, dia menyentuhku, aku merasakannya, air mataku memburu untuk membanjiri pipiku, entah kekuatan apa yang dia punya, ia mampu membangunkan aku dari komaku, aku menatapnya, dalam rabun mataku, aku masih dapat melihat wajahnya, aku tau dia nampak sedihhhh, entah itu karena kasihan atau karena dia masih menyimpan cinta untukku.
Mengapa kamu tidak menceritakan ini semua wahyu?” lirihnya, aku fikir kamu sudah tidak mencintaiku lagi, entah berapa banyak pradugaku ke kamu, aku sungguh menyesal, aku sudah membaca suratmu aku sungguh menyesal, maafkan aku yang meninggalkanmu ketika kamu sakit seperti ini, sambil meraung raung entah mengapa para dokter mendatangiku, menyingkirkan dia dari genggamanku? Dia terus menagis memandangi wajahku, matakupun tak luput dari wajahnya, dengan lirih yang tak terdengar lagi aku mengucapkan im sorry I love you. maaf aku harus pergi dia.
aku tidak pernah menyalahkanmu yu, aku mencintaimu dengan atau tanpa kamu pinta. Aku tidak pernah menyesali mencintaimu dan saat ini aku pun masih menyimpan itu wahyu, dia bersimpuh berlinangan air mata…
Ikhlas ya dia…
cinta itu tidak pernah melantunkan penyesalan
dan cinta itu adalah KEIKHLASAN.

Cerpen Karangan: Wahyu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar