PENERAPAN ETIKA BISNIS DALAM PERUSAHAAN
Beberapa perusahaan terkemuka
sekarang ini sudah mempunyai Code of Conduct dan juga sudah mempunyai kode
etika perusahaan yang dipatuhi oleh semua karyawan.
Sebagai proses, sistem, struktur, dan aturan yang memberikan suatu nilai tambah bagi perusahaan good coporate governance memiliki prinsip- prinsip sebagai berikut :
a. Fairness (keadilan)
Sebagai proses, sistem, struktur, dan aturan yang memberikan suatu nilai tambah bagi perusahaan good coporate governance memiliki prinsip- prinsip sebagai berikut :
a. Fairness (keadilan)
Keadilan adalah kesetaraan perlakuan dari perusahaan
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan kriteria dan proporsi
yang seharusnya. Dalam hal ini ditekankan agar pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan terlindungi dari kecurangan dan penyalahgunaan kewenangan
yang dilakukan oleh orang dalam.
b. Transparency (keterbukaan)
Transparasi adalah keterbukaan dalam melaksanakan
suatu proses kegiatan perusahaan. Pengungkapan informasi kinerja perusahaan
baik ketepatan waktu maupun akurasinya (keterbukaan dalam proses pengambilan
keputusan, pengawasan, keadilan, kualitas, standarisasi, efisiesi waktu dan
biaya). Dengan transparasi pihak-pihak yang terkait akan dapat melihat dan
memehami bagaimana suatu perusahaan dikelolah.
c. Accauntability (akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah pertanggung jawaban atas
pelaksanaan fungsi dan tugas-tugas sesuai wewenang yang dimiliki oleh seluruh
organ perusahaan termasuk pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan antara lain
dengan menyiapkan laporan keuangan dengan tepat pada waktunya dan dengan cara
yang tepat mengembangkan komite audit dan resiko yang mengandung fungsi
pengawasan oleh dewan komisaris, mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan
fungsi internal audit sebagai mitra bisnis strategik berdasarkan best parctice
bukan sekedar audit.
CONTOH
PERUSAHAAN YANG MENERAPKAN ETIKA DALAM BERBISNIS
PENERAPAN ETIKA BISNIS PADA PT JNE
H. Soeprapto
Suparno bersama Johari Zein mendirikan perusahaan PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir
atau biasa yang dikenal dengan Tiki JNE pada tanggal 26 November 1990.
Perusahaan ini memulai kegiatannya dengan delapan karyawan dan modal 100 miliar
rupiah. Pusat kegiatan usahanya yaitu penanganan kegiatan kepabean, impor
kiriman barang, dokumen, serta pengantaranya dari luar negeri ke Indonesia.
Nilai-nilai
dasar yang dianut JNE adalah jujur, adil, disiplin, tanggung jawab, kerjasama,
peduli, dan visioner. Sedangkan filosofinya yaitu efektif, efisien, fleksibel,
dan seimbang.
Tahun 1991,
JNE memperluas jaringan internasional dengan bergabung sebagai anggota asosiasi
perusahaan-perusahaan kurir beberapa negara Asia (ACCA) yang bermarkas di
Hongkong yang kemudian memberi kesempatan kepada JNE untuk mengembangkan
wilayah antaran sampai ke seluruh dunia.
Karena
persaingannya di pasar domestik, JNE juga memusatkan memperluas jaringan
domestik. Dengan jaringan domestiknya TIKI dan namanya, JNE mendapat keuntungan
persaingan dalam pasar domestic. JNE juga memperluas pelayanannya dengan
logistik dan distribusi.
Selama
bertahun-tahun TIKI dan JNE berkembang menjadi dua perusahaan yang punya arah
sendiri. Karena itu, keduanya menjadi saingan dan akhirnya JNE menjadi
perusahaan sendiri dengan manajemen diri sendiri. JNE meluncurkan logonya
sendiri pada tahun 2000 dan berpisah dari TIKI. JNE lalu berusaha melakukan
inovasi dengan memberikan layanan yang berbeda dengan TIKI. Kesan awal,
masyarakat menganggap layanan JNE lebih mahal dari yang lainnya. Ini karena
segemen yang dibidik memang segmen premium.
Pengembangan
produk dan layanan yang berbeda di JNE antara lain menyediakan jasa kurir,
logistic, money remittance hingga jasa kargo. Sebagai sister company dengan
TIKI, secara etika bisnis, JNE menghadapi kesulitan tidak boleh beradu harga
dan layanan dengan TIKI. Namun, ternyata industri pengiriman berkembang dan
pasarnya ikut membesar sehingga JNE tidak perlu berebut pasar. Perlahan-lahan
JNE menemukan banyak layanan baru yang tidak terpikir sebelumnya.
JNE lalu
membeli gedung pada tahun 2002 dan mendirikan JNE Operations Sorting Centers.
Tahun 2004 JNE membeli gedung baru yang merupakan kantor pusat JNE dan kedua
gedung ini berada di Jakarta.
Dari tahun
ke tahun, pertumbuhan bisnis JNE semakin baik, bahkan di atas rata-rata
pertumbuhan industri. Industri sendiri bertumbuh hanya sebesar 10% – 15%, namun
bisnis JNE tumbuh hingga 20% tiap tahunnya. Resep keberhasilan JNE adalah tidak
mau menunggu konsumen. Lebih baik, JNE menjemput bola. Kurir JNE langsung menjemput
barang ke rumah konsumen yang ingin mengirimkan barang. Hanya dengan menelepon,
kurir pasti datang ke rumah.
Kalau masih
kuatir nilai barang tidak sesuai dengan nilai 10x pengiriman, JNE menganjurkan
agar konsumen untuk mengansuransikan barangnya. JNE berkomitmen memberikan
layanan yang terbaik. Standar JNE, kalau sampai perusahaan asuransi tidak
membayar klaim sesuai hari yang ditentukan, JNE bersedia menggantikan dengan
membayar klaim konsumen. Bagi JNE, barang sampai tujuan pelanggan adalah harga mati.
Selain itu, sebanyak 170 titik jaringan yang sudah online. Ini memudahkan JNE
dan pelanggan untuk mengawasi pengiriman barang.
Satu lagi
layanan inovatif dari JNE, Pesona. Pesona adalah pesanan oleh-oleh Nusantara.
Setiap orang bisa saling mengirimkan makanan khas daerah tertentu ke sanak
keluarga di daerah lain. Contoh, mau kasih oleh-oleh kerupuk bangka ke keluarga
di Jakarta. Anda cukup telepon JNE dan JNE akan carikan toko kerupuk yang
terkenal di Bangka dan segera dikirimkan. Bahkan, es krimpun bisa dikirimkan
melalui JNE.
Tidak sampai
di situ, JNE banyak melakukan inovasi-inovasi unggul lainnya. JNE sekarang
membuka bisnis baru yakni trucking. Ini adalah layanan pengiriman barang-barang
kebutuhan pokok. Layanan trucking ini dilengkapi dengan GPS agar terpantau. JNE
juga bekerjasama dengan perusahaan pengiriman barang, UPS. Konsumen bisa
mengirimkan barang ke luar negeri lewat UPS ini. Rencana selanjutnya, JNE
berencana terjun ke bisnis surat-menyurat di bawah 500 gram. Bisnis yang
sebelumnya dimonopoli PT. Pos Indonesia, dengan pencabutan aturan ini maka
membuka peluang bagi JNE. JNE saat ini tinggal menunggu aturan pemerintah yang
mengatur soal bisnis ini.
Saat ini JNE
didukung oleh lebih dari 1000 karyawan dan tidak kurang dari 1.500 gerai yang
tersebar luas di Indonesia. Kehandalan JNE juga telah dibuktikan dengan
diraihnya berbagai bentuk penghargaan serta sertifikasi ISO 9001:2000 atas jasa
layanan yang telah diberikan. Layanan terbaik adalah harga mati bagi JNE.
Karena itu, sangat wajar kalau JNE punya SDM yang handal. Bahkan departemen HRD
mempunyai empat divisi yaitu intelektual (berhubungan dengan pekerjaan),
training (bertugas untuk kegiatan outbound dan memberikan training), spiritual
(mengatur kegiatan keagamaan), dan fisikal (berhubungan dengan aktivitas
kebugaran badan karyawan). Pemimpin perusahaan JNE berkata, “Setiap masa selalu
ada tantangannya, tapi kita tetap harus maju menghadapi tantangan itu.
Branch
Manager JNE Solo, Bambang Widiatmoko, mengatakan persaingan bebas industri jasa
logistik akan dimulai lebih awal pada 2013. Perusahaan jasa logistik dari
negara ASEAN akan bebas memasuki Indonesia. Mau tak mau, perusahaan jasa
pengiriman dalam negeri juga harus berbenah. “Saat masuk ke Indonesia investor
pasti akan melihat perusahaan jasa pengiriman yang memimpin, sebagai kompetitor
kami harus mampu bersaing.
Pelanggan
selalu ingin tahu posisi barang yang dikirim berada di mana? Dulu memang tidak
bisa dilihat. Tapi sekarang dengan memaksimalkan customer service, website dan
telepon masalah itu dapat diatasi,” kata dia. Menurut Bambang, saat ini
perusahaan jasa pengiriman lomba perang tarif untuk mendapatkan konsumen
sebanyak-banyaknya. Namun, pelayanan terhadap konsumen secara excellent
service.
Peluang
usaha jasa pengiriman barang masih cukup menjanjikan. Jika digarap serius usaha
bidang logistik itu mampu tumbuh 15%-20% per tahun. Menurut Bambang, kue
industri jasa pengiriman barang sekitar Rp7 triliun per tahun, sedangkan kue
industri jasa logistik mencapai Rp1.700 triliun per tahun.
Sumber:
http://onlydevinovita.wordpress.com/2013/01/17/penerapan-etika-bisnis-pada-pt-jne/