A.
PENGERTIAN
ETIKA BISNIS
Menurut Magnis-Suseno, etika adalah sebuah ilmu yang
membantu kita untuk mencari orientasi. Tujuannya adalah pertama agar manusia
tidak hidup dengan cara ikut-ikutan saja. Kedua agar manusia dapat mengerti
sendiri mengapa ia harus bersikap begini atau begitu. Pada intinya etika
bertujuan membantu manusia agar lebih mampu untuk mempertanggungjawabkan
kehidupannya.
Bertens menyatakan bahwa etika bisnis adalah
pemikiran atau refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan ekonomi dan
bisnis. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia.
Menurut Richard De George, bahwa etika bisnis merupakan alat bagi para
pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis mereka dengan lebih bertanggungjawab
secara moral.
Von der
Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988),
memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis,
yaitu :
- Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
- Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
- Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS
Kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah lupu
dari sorotan etika. Sejak manusia terjun dalam perniagaan, kegiatan tersebut
tidak terlepas dari masalah etis. Aktifitas perniagaan selalu berurusan dengan
etika, artinya selalu harus mempertimbangkan apa yang boleh dan apa yang tidak
boleh dilakukan. Sejak ada bisnis sejak itu pula bisnis dihubungkan dengan
etika, sebagaimana etika selalu dikaitkan dengan wilayah-wilayah lain dalam
kehidupan manusia seperti politik, keluarga, seksualitas, profesi, dan sebagainya.
B.
INDIKATOR
ETIKA BISNIS
Implementasi
etika dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap personal menurut bidang
tugas yang diembannya. Dengak kata lain mengikat manajer, pimpinan unit kerja
dan kelembagaan perusahaan. Semua anggota organisasi/perusahaan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi harus menjabarkan dan melaksanakan etika bisnis secara
konsekuen dan penuh tanggung jawab. Dalam pandangan sempit perusahaan dianggap
sudah dianggap melaksanakan etika bisnis bilamana perusahaan yang bersangkutan
telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Dari berbagai pandangan etika
bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai untuk menyatakan bahwa seseorang
atau perusahaan telah mengimplementasikan etika bisnis antara lain adalah:
1. Indikator Etika Bisnis menurut
ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah melakukan pengelolaan
sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan
masyarakat lain.
2. Indikator
Etika Bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini
seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila
masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati
sebelumnya.
3. Indikator
Etika Bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang atau suatu
perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang pelaku
bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang berlaku
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
4. Indikator
Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana
dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran agama
yang dianutnya.
5. Indikator
Etika Bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara
individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan
mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi
suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6. Indikator
Etika Bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku
bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.
C.
PRINSIP
ETIKA DALAM BERBISNIS
Sonny Keraf (1998) menjelaskan, bahwa prinsip
etika bisnis sebagai berikut;
1. Prinsip otonomi;
adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
2. Prinsip
kejujuran. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara
jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan
atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan
kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan
harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu
perusahaan.
3. Prinsip
keadilan; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
4. Prinsip saling
menguntungkan (mutual benefit principle) ; menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip
integritas moral; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku
bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama
baik pimpinan/orang2nya maupun perusahaannya.
Berikut ini adalah 10 Prinsip di dalam menerapkan
Etika Bisnis yang positif :
1. Etika
Bisnis itu dibangun berdasarkan etika pribadi.
Tidak ada perbedaan yang tegas antara etika
bisnis dengan etika pribadi. Kita dapat merumuskan etika bisnis berdasarkan
moralitas dan nilai-nilai yang kita yakni sebagai kebenaran.
2. Etika
Bisnis itu berdasarkan pada fairness.
Apakah kedua pihak yang melakukan negosiasi telah
bertindak dengan jujur? Apakah setiap konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah
setiap karyawan diberi kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah
diterapkan.
3. Etika
Bisnis itu membutuhkan integritas.
Integritas merujuk pada keutuhan
pribadi,kepercayaan dan konsistensi. Bisnis yang etis memperlakukan orang
dengan hormat, jujur dan berintegritas. Mereka menepati janji dan melaksanakan
komitmen.
4. Etika
Bisnis itumembutuhkan kejujuran.
Bukan jamannya lagi bagi perusahaan untuk
mengelabuhi pihak lain dan menyembunyikan cacat produk. Jaman sekarang adalah
era kejujuran. Pengusaha harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh
produknya.
5. Etika
Bisnis itu harus dapat dipercayai.
Jika perusahaan Anda terbilang baru, sedang
tergoncang atau mengalami kerugian, maka secara etis Anda harus mengatakan
dengan terbuka kepada klien atau stake-holder Anda.
6. Etika
Bisnis itu membutuhkan perencanaan bisnis.
Sebuah perusahaan yang beretika dibangun di atas
realitas sekarang, visi atas masa depan dan perannya di dalam lingkungan. Etika
bisnis tidak hidup di dalam ruang hampa.
Semakin jelas rencana sebuah perusahaan tentang
pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin kuat komitmen
perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis.
7. Etika
Bisnis itu diterapkan secara internal dan eksternal.
Bisnis yang beretika memperlakukan setiap
konsumen dan karyawannya dengan bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di
dalam ruang rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam
memenuhi kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal dll. Singkatnya,
ruang lingkup etika bisnis itu universal.
8. Etika
Bisnis itu membutuhkan keuntungan.
Bisnis yang beretika adalah bisnis yang dikelola
dengan baik, memiliki sistem kendali internal dan bertumbuh. Etika adalah
berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri
untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan
bukanlah perusahaan yang beretika.
9. Etika
Bisnis itu berdasarkan nilai.
Perusahaan yang beretika harus merumuskan standar
nilai secara tertulis. Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara
umum. Etika menyangkut norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu,
perumusannya harus jelas dan dapat dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.
10. Etika
Bisnis itu dimulai dari pimpinan.
Ada pepatah, “Pembusukan ikan dimulai dari
kepalanya.” Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku
seorang pemimpin yang beretika akan menjadi teladan bagi anak buahnya.
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat
ini, etika bisnis merupakan sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Seorang
konsumen yang tidakpuas, rata-rata akan mengeluh kepada 16 orang di sekitarnya.
Dalam zaman informasi seperti ini, baik-buruknya
sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif. Memperlakukan
karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis, adil dan
jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis
sekarang.
Sumber:
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta:
Penerbit Kanisus, 2000; 5)
Richard T. De Geroge, Business Ethics, (New York:
MacMillan Pub. Co., 1986)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar